Kamu pernah bilang, “waktu itu relatif,
bisa diperpanjang dan bisa juga diperpendek namun mustahil untuk diputar
kembali. Meski begitu, cinta tetap mampu menembus dimensi yang tak terjamah.”
Kenapa waktu dikatakan relatif,
sedangkan manusia di bumi menjalani waktu 24 jam perhari—absolut. Apalagi yang
kamu bahas soal cinta. Seakan kamu menunjukkan kepedihanmu. Jika aku dan kamu
terpisah oleh ruang dan waktu, cinta kita tetap tak berjarak. Ingat aku
mencintaimu, begitu katamu. Responku, hanya tersenyum meremehkan. Perkataanmu
aneh!
Tahun 2112, kamu pergi
meninggalkan bumi bersama rekan kerjamu sesama astronot. Kamu menjadi bagian
dari sebuah misi ‘kelangsungan hidup spesies’. Mencari planet yang tepat untuk
dihuni manusia kelak. Karena bumi
semakin tua dan rapuh.
Hari, minggu, bulan, tahun, setengah
abad, kamu tak kunjung datang. Aku tetap menunggumu dengan cinta yang utuh.
Lalu perlahan, aku mulai menyadari perkataaanmu. Meski jarak dan waktu kita
terpisah jauh, cinta di antara kita tetap terhubung. Detik itu aku tahu, betapa
kamu menyayangiku, tidak ingin jauh dariku. Tapi aku terlalu tolol menghiraukan
perpisahan yang ingin kamu akhiri dengan manis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar