Yang aku tahu, kamu sangat
menyukai segala sesuatu yang berhubungan dengan semesta. Bahkan, kamu sangat
tahu, bahan bakar bintang itu adalah helium dan jika bintang sudah berusia tua—massanya
memulai, berubah menjadi katai putih—akan meledak dengan ledakan supernova,
lalu boom berubah menjadi blackhole.
Padahal setahuku, blackhole itu
lubang hitam yang jahat. Oh ternyata begitu. Kamu memang hebat, Re.
“Kamu tahu nggak asal mulanya ada
air di bumi dari mana?” kamu bertanya suatu ketika, saat kita tengah duduk di
balkon rumahmu menatapi langit pekat sedikit bintang—di malam kelulusanmu
sebagai sarjana sains.
“Dari hujan kan? Siklus hidrologi.”
“Kalau siklus berarti airnya udah
ada. Misalnya air laut yang menguap.”
Aku sadar kemudian melongo, benar
juga yang kamu katakan. Lalu air laut dari mana?
“Terus apa dong?” aku bertanya
lagi.
“Asteroid dan komet,” jawabmu
penuh semangat.
“Kok bisa?”
“Karena bahan dasar asteroid dan
komet itu adalah air es. Jadi waktu sampai ke bumi dia mencair jadilah air ada
di bumi.”
Kamu tersenyum. Aku semakin jatuh
cinta, wawasanmu seluas jagat raya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar