Rabu, 07 Desember 2016

Kali Pertama Belanja Perlengkapan Bayi

NOTE: Kalau mau lihat harganya, buka lewat web ya. Mobile nggak kelihatan :D

Kali pertama belanja keperluan bayi yang memang sudah sejak lama gemas dengan kelucuan dan ukuran mungilnya. Hehehe.

Saya memutuskan untuk membeli perlengkapan calon bayi pertama saya yang insya Allah berjenis kelamin laki-laki di usia kandungan 29 minggu. Alasannya saya ingin terjun langsung dalam kegiatan ini… mumpung badan masih cukup kuat untuk dibawa ke mana-mana. Berdasarkan rekomendasi sahabat terbaik saya, saya belanja keperluan di Kedoya – Jakarta Barat, nama tokonya Papi Jhon.

Domisili saya di Kalibata, perjalanan cukup jauh ya… sebenarnya saya masih mampu diboncengin suami yang sangat saya sayangi… hehehe. Tapi kayaknya nggak mungkin bawa banyak barang menggunakan motor, akhirnya saya memutuskan naik grab car. Lumayan lagi promo disc 50% kalau pakai grab credits itu loh, niat banget sampai top up ke alfamidi. Hihi. Ya, saya kan excited bangeeeeeet!  Dan berangkatnya pas ada aksi damai bela islam 212 pula, soalnya saya pikir pasti jalanan lancar… dan benar aja, Jakarta yang biasanya super duper padat pake banget, hari itu agak sepi dan gerimis pula. Saya pergi bertiga bersama suami—yang setia tentunya, mwaaah mwaaaah—dan adik saya yang juga semangat mau ikut.







Kita sampai di sana kira-kira pukul 17.00, daftar belanjaan yang mau dibeli sudah saya list tapi sampai di sana, tetap saja kepala langsung keliyengan saking banyaknya barang dan orang. Hehe. Akhirnya minta bala bantuan, saya telpon sahabat saya untuk datan. Dia memang belum nikah, tapi pengalamannya luar biasa. Atas sarannya pun, saya membeli setelan bayi ukuran 3 – 6 bulan, katanya sayang kalau beli new born, kepakainya cuma sebentar apalagi kalau bayinya besar. Aaah… saya nurut aja deh.

Ohya sebelumnya, Papi Jhon ngasih diskon 10% kalau kita beli minimal 6 pcs. Di sini nggak ada merk Libbi atau velvet. Tapi baju yang tersedia pun kualitas SNI dan bahannya alus banget.

Belanjaan saya sebagai berikut ya.

Banyaknya
Nama Barang
Jumlah
6
Celana panjang BIBOP  (@ 14.000) disc 10%
75.600
6
Baju panjang BIBOP (@ 13.500) disc 10%
72.900
6
Celana balon CHUBIE (@ 9.500) disc 10%
51.300
6
Baju pendek CHUBIE (@ 13.000) disc 10%
70.200
6
Bedong 120 x 90 (@ 19.000) disc 10%
102.600
6
Popok ikat (@ 5.000) disc 10%
27.000
6
Singlet size 16 (@ 7.700) disc 10%
41.600
3
Sarung tangan + kaki Tutu
15.000
1
Perlak motif
73.000
1
Selimut Carters
55.000
1
Gurita
15.000
1
Topi + sarung tangan + kaki
23.000
1
Kaos kaki carters (3 set)
25.000
1
Bak mandi
39.000
1
Zwitsal gift box
97.600
1
Jumper Carters
85.000
1
Tempat bedak
20.000
1
Botol pigeon 60 ml
19.700
1
Tas Snobby
147.000
1
Gendongan Snobby
97.000
1
Kapas bulat
8.000
JUMLAH
1160.500

Tempat tidur yang sekalian kelambu lagi kosong, terus handuk dan jaketnya nggak sesuai dengan keinginan jadi skip dulu deh. Cuma rezekinya di Dede ini nggak berhenti sampai di situ aja. Berhubung si tante Deasy dan tante Aini lagi ikut, akhirnya mereka sekalian beliin Dede hadiah. Hihihi. Tante Deasy—adik saya—beliin Stroller merk pliko yang selama ini saya idamkan. Hehe. Sementara sahabat saya, Tante Aini beli Baby Walker merk family. Keduanya warna biru langit. Harganyaaa…. Sekilas sih saya lihat Stroller Pliko Grande 4 in 1 sekitar Rp. 625.000 deh, kalau Baby Walkernya Rp. 350.000. Kurang lebih sih segitu. Hehe. Makasiiiiiiiiih tante-tante yang cantik.
Nah, sisa barang yang belum dibeli kemungkinan mau beli online aja, khususnya tempat tidur. Dan masih agak galau sih mau nambah baju new born atau nggak. Kan saya nggak tahu berat anak saya nanti.

Semoga bermanfaat ya sharingnya. Papi Jhon ini letaknya nggak jauh dari Pasar Pesing dan saya membandingkan harga Zwitsal di Papi Jhon Rp. 97.600 sementara di salah satu toko di PGC Rp. 110.000.

Ohya saya penasaran sama bentuk strollernya, kayak gini… kalau baby walkernya belum difoto jadi ambil dari google aja yaaaa. Hehe.




Cukup sekian cerita saya tentang pengalaman berbelanja pakaian bayi untuk kali pertama. Penginnya hamil 3x lagi. Insya Allah. Aamiin. Hehe. See you next time.


Minggu, 06 November 2016

RSIA Duren Tiga, Klinik Siti Chodijah, Puskesmas Kecamatan Pancoran dan Klinik Fakhira...

Jakarta, 7 November 2016.

Hari ini usia kandungan saya sudah memasuki 25 minggu 4 hari, sebenarnya gatel banget kepengin buru-buru beli perlengkapan bayi. Tapi harus ditahan, sebab belum waktunya. Mungkin nanti memasuki 28 weeks—yang artinya 2 minggu lagi, lebih sedikit sih. Exciteeeed!

Nah sekarang saya ingin berbagi cerita selama enam bulan ini ke mana saja sih saya? Hehe. Ganti-ganti. Ingin menetap tapi alasan untuk berpaling lebih rasional. #Apasih

Ya, saat itu bulan ramadhan yang penuh dengan berkah. Dan saya sangat menanti kabar gembira dan titipan amanah dari Allah SWT. Saya menikah 6 Maret 2016, setelah itu saya nggak kepengin datang bulan. Hehe. Tapi bulan itu datang juga, jadi saya mencoba berbagai cara termasuk mengetahui kapan sih masa subur saya. Salah satunya download aplikasi Hawa di playstore dan isi yang diminta misal siklusnya berapa hari dalam sebulan (saya lupa-lupa inget), kapan terakhir haid di hari pertama, nah... nanti di sana ada ovulasi, atur waktu deh buat tempur. Hehe.

Alhamdulillah usaha tersebut membuahkan hasil. Siklus datang bulan saya selalu lancar, paling maju satu atau dua hari tapi nggak pernah telat. Nah di bulan Juni tanggal 15 saya cemas—kali ini cemas bahagia—karena sudah dua hari telat haid. Saya coba test pack menggunakan sensitif dan hasilnyaaaa… aaahhh dua garis yang memiliki arti 'positif hamil'. Tapi garis kedua agak samar. Untuk memastikan keesokan harinya saya cek lagi menggunakan merk berbeda dan lebih murah yaitu akurat. Hasilnya masih dua garis, makin seneng deh. Tapi suami bilang suruh periksa ke dokter lagi biar lebih yakin. Oke Boss :*

Pemeriksaan Pertama
Tanggal 16 Juni hari kamis, saya penasaran lalu mencoba mengunjungi dokter kandungan terdekat di RSIA Duren Tiga dengan Dr. Fahrudin, S.POg. Hari itu saya langsung di USG 2D, pengalaman pertama yang membuat deg-degan! Dokter Fahrudin bilang, kantung kehamilannya belum terlihat jadi belum dipastikan hamil. Saya pun jadi sedih dan kehilangan semangat. Hiks. Kemudian saya diberikan satu obat penyubur kandungan. Kira-kira biaya keseluruhannya Rp. 250.000. Mahal ya? Hehe.

Mual dan pusing juga cepat lelah menghiasi hari-hari saya, keesokan harinya untuk memuaskan rasa penasaran, saya datang ke Siti Chodijah, karena mendapat rekomendasi dari guru juga orang tua murid yang domisilinya memang di sekitar sekolah tempat saya mengajar.

Di sana saya diperiksa bidan, jadwal dokternya sedang libur. Sang bidan memeriksa perut saya, beliau bilang memang ada benjolan di perut saya, insya Allah hamil. Huft... kata-katanya memantik bahagia di hati. Hehe. Lalu saya konsultasi mengenai makanan apa saja yang nggak boleh saya konsumsi, di antaranya mie instan dan air es. Hehehe… maaf Ibu Bidan, pantangan itu nggak sanggup saya laksanakan. Saya mengonsumsi sesekali, lagi pula saya membaca sebuat artikel yang ditulis seorang dokter kandungan isinya mengatakan yang mengakibatkan ukuran bayi besar di kandungan bukanlah air es melainkan gula. Jadi, saya mengurangi asupan manis-manis, minum es ya jarang-jarang dah. Hehe. Setelah konsultasi, saya disuruh cek urin dan protein—disuntik, usia 25 tahun saat itu agak nyer-nyeran juga kalau mau disuntik. Di sini saya menghabiskan Rp. 240.000, masih mahal juga. Hihi. Dari bidan saya membawa pulang penguat dan folavit. Tapi sayang, sejak mengonsumsi penguat justru saya flek lima kali berturut-turut, mungkin saya kurang cocok.

Dua minggu kemudian, saya kembali ke RSIA Duren Tiga, takut karena fleknya nggak hilang-hilang, kunjungan kedua diberikan obat penguat yang harganya Rp. 19.000/butir. Total yang saya habiskan (+USG, konsul, obat dan vitamin) Rp. 800.000 lebih. Alhamdulillah, keadaan saya membaik, flek berhenti. Sejak itu, hingga usia kandungan 5 bulan saya merasa cocok dengan Dr. Fachrudin. Setiap kunjungan selalu USG 2D tanpa print sudah termasuk konsultasi, memang membutuhkan kocek Rp. 220.000 (minimal) namun hasilnya memuaskan. 

Nah… setiap bulan saya berkunjung di hari kamis, USGnya 2D dan tanpa print. Suatu ketika, hari kamis suami saya berhalangan menemani—beliau selalu setia mendampingi saya saat pemeriksaan kandungan. Akhirnya kami memutuskan untuk datang pada hari sabtu.

Pemeriksaan UK 20 Weeks
Kondisi rumah sakit agak lengang, dan ruangan Dr. Fachruddin nggak seperti biasa. Papan namanya berpindah ke dinding di ruangan sebelah kanan di samping ruang mengukur berat badan dan tensi. Muncullah pertanyaan di benak saya, apa ya bedanya? Kemudian saya melihat seorang Bapak memegang hasil print USG. Saya agak panik. Takut biaya pemeriksaannya mahal. Hihi. 

Ya, kekhawatiran saya terbukti. Saat masuk ke dalam, alat USG yang digunakan memang berbeda dan kelihatan lebih canggih. Saat perut saya diperiksa, hasil USG yang terpampang di layar televise memang memperlihatkan gambar yang lebih jelas. Dan saya bahagia bukan main melihat bentuk yang lebih jelas dari janin saya diusia 20 minggu. Pancaran gembira pun tersirat di wajah suami saya, kami saling bertatapan dan tersenyum.

Penasaran dengan jenis kelamin, Dokter Fach pun mengatakan masih belum juga terlihat. Saya dan suami disuruh sabar. Ya, tidak masalah bagi kami anak perempuan atau laki-laki yang penting sehat dan kuat. Biaya USG 2D, vitamin dan kalsium kena Rp. 450.000-an. Huhuhu... bener kan beda alatnya jadi lebih mahal. 

Bulan keenam, saya mulai memikirkan biaya persalinan. Saya dan suami nggak ingin merepotkan banyak orang, gaji kami digunakan untuk banyak sekali keperluan ini dan itu. Berharapnya sih persalinan normal, tapi ada kekhawatiran saya akan melahirkan ceasar sebab minus mata saya tinggi. Dari artikel seorang dokter kandungan sih mengatakan minus mata nggak berpengaruh asal keadaan retinanya masih bagus dan kuat diajak ngeden. Makanya nanti harus periksa mata juga. Tapi kami nyari jalan aman. Akhirnya untuk mencari solusinya, kami dan atas saran kedua pasang orang tua kami memutuskan untuk pindah saja ke bidan di mana BPJS masih berlaku.

Atas ridho orang tua—hehehe—saya pun pindah ke Puskesmas Kecamatan Pancoran, 24 jam dan dekat dari rumah. Usia kandungan saya memasuki 25 weeks. Di sana saya mengantre cukup panjang dan mendapat bidan yang agak jutek. Huhuhu. Bidannya masih muda—tampaknya belum menikah—dan saya diomelin karena nggak bawa buku pink. Katanya, buku pink ini wajib dibawa setiap pemeriksaan kehamilan dan berlaku hingga anak saya dilahirkan dan masuk masa kanak-kanak. Wah… berarti saya selama ini salah dong? sering periksa di RSIA Duren Tiga tapi nggak bawa buku. Hiks. Ya saya memang sudah mendapatkan buku tersebut dari bidan Siti Chodijah tapi di RSIA Duren Tiga nggak ditanyakan, jadi saya santai-santai aja. Ya sudahlah, pasrah. Yang penting next harus dibawa.

Pemeriksaan UK 25 Weeks
Di Puskesmas Kecamatan Pancoran saya kembali dicek urin dan protein—huhu… suntik lagi, ngilu lagi. Sebelumnya asisten bidan mengecek detak jantung bayi saya. Itu kali pertama saya mendengar detak jantungnya! Ya Allah terharu banget rasanya. Meskipun tubuh saya menghitam karena pigmen, saya tidak peduli asal anak saya sehat :’). Nah, biaya yang dikeluarkan hanya Rp. 30.000 karena vitamin saya masih ada. Tapi sayang, saya nggak di USG. Saya kan rindu dan ingin tahu jenis kelaminnya. Hehe.

Pemeriksaan di Puskesmas ini hari Rabu tanggal 2 November pagi. Sebelum datang ke Puskesmas, saya sudah booking nomor antrean (soalnya saat itu masih galau) di Klinik Fakhira yang saya dengar USG 4Dnya murah, Rp. 175.000 sudah termasuk konsultasi dengan dokter. Saya menelpon sudah seminggu yang lalu, inginnya hari kamis karena jam prakteknya sore, tapi sudah full dan kebagian rabu 19.00-21.00. Itu pun saya dapat nomor antrean 27 jadi saya hadir agak telat dan nyasar pula. Saya pikir saya menghubungi nomor Klinik Fakhira yang di Tebet, nggak tahunya di Minangkabau. Untung dekat. Hehe. Langsung deh cuusss ke sana. Alhamdulillah punya laki sabar. Hehe. Love you Abang. :p

Dan tiba di sana sang dokter belum hadir, hiiiks. Padahal saya tiba di lokasi pukul 19.30. Selesai jam berapa ini? Pikir saya. Dan sayangnya panggilan antrean nggak pakai speaker dan kursi ruang tunggunya full. Kesadaran yang mengantar seperti suami atau keluarga kurang banget. Mereka nggak mempersilakan ibu hamil duduk. Jadi banyak juga yang berdiri.

Eh tapi saya puas sekali dengan dokter, fasilitas, suster dan adminnya. Ramah semua.
Saya memasuki ruangan, Dr. Gunawan langsung menyalami saya dan suami. Ini adalah inistiatif beliau. Dengan ramah dokter meminta saya berbaring lalu di USG. Saya malu deh, perut saya banyak garis hitam, beliau bilang nggak apa-apa… Ini pigmen bukan daki nanti juga hilang. Hihi. Amaaaan.

Saya di USG 2D, langsung protes maunya 4D. Eh susternya bilang, “iya, Bu. 2D dulu.” Proses 2Dnya juga nggak cepet-cepet kayak di RSIA Duren Tiga, hehehe. Detil banget semua bagian perut diperiksa. Dari mulai kepala si Dede, wajah, perut sampai akhirnya jenis kelamin… Yeeeeeeey! Dokter bilang kemungkinan laki-laki. Hehehe

Kemudian beralih ke 4D, Masya Allah jemari mungilnya kelihatan, wajahnya lumayan jelas tembem seperti ayahnya. Hehehe. Tapi yang diprint, kata dokternya belum jelas ketebelan perut. Wkwkwkwk. Di kasir saya ditanya vitamin, tapi vitaminnya harus 30 hari nggak boleh dibeli sebagian. Saya setuju deh tuh. Ehhh… Totalnya Rp. 412.000. Maknyooooos, sambil ngenes saya keluarin duit tapi mulut saya berkata lain, "emang apa aja, Mbak biayanya?" tanya saya. Adminnya jawab, "USG 2D 95 ribu, pendaftaran 12 ribu dan 298 ribu vitaminnya."
Oh... Vitaminnya yang mahal, jadi tadi sudah periksa 4D tapi yang dibayar cuma 2D? Baik banget ya. Hehe. Cuma masih aja kemahalan vitaminnya. Huhu... “boleh dicancel nggak, Mbak vitaminnya?” ALHAMDULILLAH boleh, jadi hari itu cuma Rp. 120.000, termasuk biaya pendaftaran dan tindakan (konsultasi + 2D). Mantap kan? Padahal saya sempat lihat 4Dnya. Hehehe. Insya Allah balik lagi nanti USG 4D.

Oke deh, panjang juga yaaaaa ceritanya. Hehe. Intinya setiap tempat pemeriksaan punya kekurangan dan kelebihan masing-masing tergantung dengan kecocokan dan kenyamanan pasien. Kenyamanan di sini nggak cuma kepuasan tapi keuangan. Hehe. Fix saya akan stay di puskesmas kecamatan pancoran. Semoga lancar, dipermudah dan sukses ya. Mohon doanyaaaaa. J

Nanti dilanjut sesi beli perlengkapan dede yaaa… Hehe. See yaaa!  

Kamis, 28 April 2016

Review (-reviewan) Civil War

Mau coba review Civil War aaahhh... Hihi xD

Oke, gue nonton movie ini 22.35 berdua dengan suami di IMAX 3D. Kenapa malam? Sebab ini pilihan suami, katanya mau yassinan dulu. Hehe. Jadilah kita berangkat pukul 21.30, sampai sana 22.00. Ternyata jam segitu Gandaria City masih cukup terang dan ramai ya. Dan studio 6 Imax full seat. Gue, sempat heran, kenapa mereka mau banget duduk paling bawah? Gue pernah sih tapi cukup sekali. :D

Jadi ini cerita tentang Avengers yang sebelumnya bergabung dalam misi perdamaian. Tapi di setiap aksi mereka selalu menyebabkan korban jiwa. Dan itulah yang menjadi inti masalahnya.
Pemerintah menawarkan Avenger untuk menandatangani perjanjian kalau kinerja mereka harus berada di bawah perintah pemerintah. Kalau nggak, berati mereka musuh.

Tony Stark, setuju menandatangani perjanjian. Sementara Captain America, menolak.

Steve Rogers ini ingin melindungi sahabatnya Bucky yang menjadi buronan pemerintah. Nah inilah konflik ke dua.

Film ini di awali dengan alur mundur, ngebahas gimana proses pembaiatan (wkwkwk) Barnes oleh Hydra setelah itu ada scene si Barnes nyerempet mobil, ini nggak jelas kenapa... tapi di tengah menuju akhir menjadi clear semuanya. Dan twist ini cukup ngena dan menimbulkan konflik berikutnya.
Sebenarnya twist ini cukup jelas, sebab cluenya sudah digambarkan. Cuma kemarin gue agak-agak ngantuk gitu. Hihi

Dari film mulai, atmosfernya tegang banget ya. Sama sekali nggak ada humor. Tapi pas ketemu PETER PARKER. Wohooo... di sini mulai santai dan menyenangkan. Lucu. Dan ada lagi muncul superhero marvel, Mr. Lang. Duh.. ini gue lupa banget... asli. Padahal film khusus dia jadi favorit gue! Haha xD

Setelah dua kubu ini ketemu, akhirnya mereka bentrok. Menyenangkan pertarungan ini. Si Peter Parker sama Mr. Lang jadi penghibur utama. Hihi.
Oh ya, muncul satu tokoh baru yang keberadaannya cukup berpengaruh ke cerita, jadi bukan tempelan doang. Black Leopard. Dan gue suka banget karakter dia ini kuat. Romanov, Clint, Victor agak lemah di sini... mereka semua baper. Iyalah wajar, kan awalnya mereka satu team.

Terus terus... masuk ke twist selanjutnya. Dan twist ini bagi gue... ng... lemah. Gue berpikir, mereka itu cerdas tapi kenapa bisa jadi perang saudara gara-gara satu sosok yang menurut gue tuh cemen. Dan kesel juga jadinya, yaelah cuma sebab itu mereka jadi perang. Huh!

Dan sempet sebel sama Tony Stark. Iya sih wajar dia jadi marah besar apalagi penyebabnya sensitif tapi dia di sana emosional banget. Waktu Tony sama Steve lagi duel, gue bawaannya pengen jadi Wonder Woman (yang seksi itu) buat misahin mereka.

Endingnya lumayan bagus. Cuma sayangnya kubu Tony Stark mendadak hilang. Misalnya Peter Parker. Jadi gue berasa sepi. Soalnya gue suka banget dia. Haha.

Well, kesimpulannya menurut gue film ini kalah seru sama Avengers 2 kemarin. Tapi menghibur banget. Apalagi ini kali pertama nonton movie superhero samma suami. Ya dia kan sebelum nikah sama gue nggak suka nonton. Hehe :p

4 stars dengan amplitudo 1 untuk Civil War.
Nunggu Xmen dan Warcraft.