Jakarta,
7 November 2016.
Hari ini usia kandungan saya sudah memasuki 25 minggu 4 hari,
sebenarnya gatel banget kepengin buru-buru beli perlengkapan bayi. Tapi harus
ditahan, sebab belum waktunya. Mungkin nanti memasuki 28 weeks—yang artinya 2
minggu lagi, lebih sedikit sih. Exciteeeed!
Nah sekarang saya ingin berbagi cerita selama enam bulan ini
ke mana saja sih saya? Hehe. Ganti-ganti. Ingin menetap tapi alasan untuk berpaling lebih rasional. #Apasih
Ya, saat itu bulan ramadhan yang penuh dengan berkah. Dan
saya sangat menanti kabar gembira dan titipan amanah dari Allah SWT. Saya
menikah 6 Maret 2016, setelah itu saya nggak kepengin datang bulan. Hehe. Tapi
bulan itu datang juga, jadi saya mencoba berbagai cara termasuk mengetahui
kapan sih masa subur saya. Salah satunya download aplikasi Hawa di playstore dan isi yang diminta misal siklusnya berapa hari dalam sebulan (saya lupa-lupa inget), kapan terakhir haid di hari pertama, nah... nanti di sana ada ovulasi, atur waktu deh buat tempur. Hehe.
Alhamdulillah usaha tersebut membuahkan hasil. Siklus datang
bulan saya selalu lancar, paling maju satu atau dua hari tapi nggak pernah telat. Nah di bulan Juni tanggal 15 saya cemas—kali ini cemas bahagia—karena sudah
dua hari telat haid. Saya coba test pack menggunakan sensitif dan hasilnyaaaa…
aaahhh dua garis yang memiliki arti 'positif hamil'. Tapi garis kedua agak samar.
Untuk memastikan keesokan harinya saya cek lagi menggunakan merk berbeda dan
lebih murah yaitu akurat. Hasilnya masih dua garis, makin seneng deh. Tapi suami bilang suruh periksa ke dokter lagi biar lebih yakin. Oke Boss :*
Pemeriksaan Pertama
Tanggal 16 Juni hari kamis, saya penasaran lalu mencoba mengunjungi
dokter kandungan terdekat di RSIA Duren
Tiga dengan Dr. Fahrudin, S.POg. Hari itu saya langsung di USG 2D, pengalaman
pertama yang membuat deg-degan! Dokter Fahrudin bilang, kantung kehamilannya belum terlihat jadi belum
dipastikan hamil. Saya pun jadi sedih dan kehilangan semangat. Hiks. Kemudian saya
diberikan satu obat penyubur kandungan. Kira-kira biaya keseluruhannya Rp.
250.000. Mahal ya? Hehe.
Mual dan pusing juga cepat lelah menghiasi hari-hari saya,
keesokan harinya untuk memuaskan rasa penasaran, saya datang ke Siti Chodijah, karena mendapat
rekomendasi dari guru juga orang tua murid yang domisilinya memang di sekitar
sekolah tempat saya mengajar.
Di sana saya diperiksa bidan, jadwal dokternya sedang libur.
Sang bidan memeriksa perut saya, beliau bilang memang ada benjolan di perut saya,
insya Allah hamil. Huft... kata-katanya memantik bahagia di hati. Hehe. Lalu saya konsultasi mengenai makanan apa saja yang nggak boleh saya konsumsi, di antaranya mie instan dan air es. Hehehe… maaf Ibu
Bidan, pantangan itu nggak sanggup saya laksanakan. Saya mengonsumsi sesekali,
lagi pula saya membaca sebuat artikel yang ditulis seorang dokter kandungan
isinya mengatakan yang mengakibatkan ukuran bayi besar di kandungan bukanlah
air es melainkan gula. Jadi, saya mengurangi asupan manis-manis, minum es ya jarang-jarang dah. Hehe. Setelah konsultasi, saya disuruh cek urin dan protein—disuntik,
usia 25 tahun saat itu agak nyer-nyeran juga kalau mau disuntik. Di sini saya
menghabiskan Rp. 240.000, masih mahal juga. Hihi. Dari bidan saya membawa
pulang penguat dan folavit. Tapi sayang, sejak mengonsumsi penguat justru saya
flek lima kali berturut-turut, mungkin saya kurang cocok.
Dua minggu kemudian, saya kembali ke RSIA Duren Tiga, takut karena fleknya nggak hilang-hilang, kunjungan kedua diberikan obat penguat yang harganya Rp. 19.000/butir. Total yang saya habiskan
(+USG, konsul, obat dan vitamin) Rp. 800.000 lebih. Alhamdulillah, keadaan saya
membaik, flek berhenti. Sejak itu, hingga usia kandungan 5 bulan saya merasa
cocok dengan Dr. Fachrudin. Setiap kunjungan selalu USG 2D tanpa print sudah
termasuk konsultasi, memang membutuhkan kocek Rp. 220.000 (minimal) namun
hasilnya memuaskan.
Nah… setiap bulan saya berkunjung di hari kamis, USGnya 2D
dan tanpa print. Suatu ketika, hari kamis suami saya berhalangan menemani—beliau
selalu setia mendampingi saya saat pemeriksaan kandungan. Akhirnya kami
memutuskan untuk datang pada hari sabtu.
Pemeriksaan UK 20 Weeks
Kondisi rumah sakit agak lengang, dan ruangan Dr. Fachruddin
nggak seperti biasa. Papan namanya berpindah ke dinding di ruangan sebelah kanan di
samping ruang mengukur berat badan dan tensi. Muncullah pertanyaan di benak
saya, apa ya bedanya? Kemudian saya melihat seorang Bapak memegang hasil print
USG. Saya agak panik. Takut biaya pemeriksaannya mahal. Hihi.
Ya,
kekhawatiran saya terbukti. Saat masuk ke dalam, alat USG yang digunakan memang
berbeda dan kelihatan lebih canggih. Saat perut saya diperiksa, hasil USG yang
terpampang di layar televise memang memperlihatkan gambar yang lebih jelas. Dan
saya bahagia bukan main melihat bentuk yang lebih jelas dari janin saya diusia
20 minggu. Pancaran gembira pun tersirat di wajah suami saya, kami saling
bertatapan dan tersenyum.
Penasaran dengan jenis kelamin, Dokter Fach pun mengatakan
masih belum juga terlihat. Saya dan suami disuruh sabar. Ya, tidak masalah bagi
kami anak perempuan atau laki-laki yang penting sehat dan kuat. Biaya USG 2D, vitamin dan kalsium kena Rp. 450.000-an. Huhuhu... bener kan beda alatnya jadi lebih mahal.
Bulan keenam, saya mulai memikirkan biaya persalinan. Saya
dan suami nggak ingin merepotkan banyak orang, gaji kami digunakan untuk banyak
sekali keperluan ini dan itu. Berharapnya sih persalinan normal, tapi ada kekhawatiran saya akan melahirkan ceasar sebab
minus mata saya tinggi. Dari artikel seorang dokter kandungan sih mengatakan minus mata nggak berpengaruh asal keadaan retinanya masih bagus dan kuat diajak ngeden. Makanya nanti harus periksa mata juga. Tapi kami nyari jalan aman. Akhirnya untuk mencari solusinya, kami dan atas saran
kedua pasang orang tua kami memutuskan untuk pindah saja ke bidan di mana BPJS
masih berlaku.
Atas ridho orang tua—hehehe—saya pun pindah ke Puskesmas Kecamatan Pancoran, 24 jam dan dekat dari rumah. Usia kandungan saya memasuki
25 weeks. Di sana saya mengantre cukup panjang dan mendapat bidan yang agak
jutek. Huhuhu. Bidannya masih muda—tampaknya belum menikah—dan saya diomelin
karena nggak bawa buku pink. Katanya, buku pink ini wajib dibawa setiap
pemeriksaan kehamilan dan berlaku hingga anak saya dilahirkan dan masuk masa
kanak-kanak. Wah… berarti saya selama ini salah dong? sering periksa di RSIA
Duren Tiga tapi nggak bawa buku. Hiks. Ya saya memang sudah mendapatkan buku
tersebut dari bidan Siti Chodijah tapi di RSIA Duren Tiga nggak ditanyakan, jadi saya santai-santai aja. Ya
sudahlah, pasrah. Yang penting next harus dibawa.
Pemeriksaan UK 25 Weeks
Di Puskesmas Kecamatan Pancoran saya kembali dicek urin dan
protein—huhu… suntik lagi, ngilu lagi. Sebelumnya asisten bidan mengecek detak
jantung bayi saya. Itu kali pertama saya mendengar detak jantungnya! Ya Allah
terharu banget rasanya. Meskipun tubuh saya menghitam karena pigmen, saya tidak
peduli asal anak saya sehat :’). Nah, biaya yang dikeluarkan hanya Rp. 30.000
karena vitamin saya masih ada. Tapi sayang, saya nggak di USG. Saya kan rindu
dan ingin tahu jenis kelaminnya. Hehe.
Pemeriksaan di Puskesmas ini hari Rabu tanggal 2 November pagi. Sebelum
datang ke Puskesmas, saya sudah booking nomor antrean (soalnya saat itu masih galau) di Klinik Fakhira yang
saya dengar USG 4Dnya murah, Rp. 175.000 sudah termasuk konsultasi dengan
dokter. Saya menelpon sudah seminggu yang lalu, inginnya hari kamis karena jam
prakteknya sore, tapi sudah full dan kebagian rabu 19.00-21.00. Itu pun saya
dapat nomor antrean 27 jadi saya hadir agak telat dan nyasar pula. Saya pikir
saya menghubungi nomor Klinik Fakhira yang di Tebet, nggak tahunya di
Minangkabau. Untung dekat. Hehe. Langsung deh cuusss ke sana. Alhamdulillah punya laki sabar. Hehe. Love you Abang. :p
Dan tiba di sana sang dokter belum hadir, hiiiks. Padahal
saya tiba di lokasi pukul 19.30. Selesai jam berapa ini? Pikir saya. Dan sayangnya
panggilan antrean nggak pakai speaker dan kursi ruang tunggunya full. Kesadaran yang mengantar seperti suami atau keluarga kurang banget. Mereka nggak mempersilakan ibu hamil duduk. Jadi banyak juga yang berdiri.
Eh tapi saya puas sekali dengan dokter, fasilitas, suster
dan adminnya. Ramah semua.
Saya memasuki ruangan, Dr. Gunawan langsung menyalami saya
dan suami. Ini adalah inistiatif beliau. Dengan ramah dokter meminta saya
berbaring lalu di USG. Saya malu deh, perut saya banyak garis hitam, beliau
bilang nggak apa-apa… Ini pigmen bukan daki nanti juga hilang. Hihi. Amaaaan.
Saya di USG 2D, langsung protes maunya 4D. Eh susternya
bilang, “iya, Bu. 2D dulu.” Proses 2Dnya juga nggak cepet-cepet kayak di RSIA
Duren Tiga, hehehe. Detil banget semua bagian perut diperiksa. Dari mulai kepala si Dede,
wajah, perut sampai akhirnya jenis kelamin… Yeeeeeeey! Dokter bilang
kemungkinan laki-laki. Hehehe
Kemudian beralih ke 4D, Masya Allah jemari mungilnya
kelihatan, wajahnya lumayan jelas tembem seperti ayahnya. Hehehe. Tapi yang
diprint, kata dokternya belum jelas ketebelan perut.
Wkwkwkwk. Di kasir saya ditanya vitamin, tapi vitaminnya harus 30 hari nggak
boleh dibeli sebagian. Saya setuju deh tuh. Ehhh… Totalnya Rp. 412.000.
Maknyooooos, sambil ngenes saya keluarin duit tapi mulut saya berkata lain, "emang apa aja, Mbak biayanya?" tanya saya. Adminnya jawab, "USG 2D 95 ribu, pendaftaran 12 ribu dan 298 ribu vitaminnya."
Oh... Vitaminnya yang mahal, jadi tadi sudah periksa 4D tapi yang dibayar cuma 2D? Baik banget ya. Hehe. Cuma masih aja kemahalan vitaminnya. Huhu... “boleh
dicancel nggak, Mbak vitaminnya?” ALHAMDULILLAH boleh, jadi hari itu cuma Rp.
120.000, termasuk biaya pendaftaran dan tindakan (konsultasi + 2D). Mantap kan?
Padahal saya sempat lihat 4Dnya. Hehehe. Insya Allah balik lagi nanti USG 4D.
Oke deh, panjang juga yaaaaa ceritanya. Hehe. Intinya setiap
tempat pemeriksaan punya kekurangan dan kelebihan masing-masing tergantung
dengan kecocokan dan kenyamanan pasien. Kenyamanan di sini nggak cuma kepuasan
tapi keuangan. Hehe. Fix saya akan stay di puskesmas kecamatan pancoran. Semoga
lancar, dipermudah dan sukses ya. Mohon doanyaaaaa. J
Nanti dilanjut sesi beli perlengkapan dede yaaa… Hehe. See
yaaa!