Minggu, 06 November 2016

RSIA Duren Tiga, Klinik Siti Chodijah, Puskesmas Kecamatan Pancoran dan Klinik Fakhira...

Jakarta, 7 November 2016.

Hari ini usia kandungan saya sudah memasuki 25 minggu 4 hari, sebenarnya gatel banget kepengin buru-buru beli perlengkapan bayi. Tapi harus ditahan, sebab belum waktunya. Mungkin nanti memasuki 28 weeks—yang artinya 2 minggu lagi, lebih sedikit sih. Exciteeeed!

Nah sekarang saya ingin berbagi cerita selama enam bulan ini ke mana saja sih saya? Hehe. Ganti-ganti. Ingin menetap tapi alasan untuk berpaling lebih rasional. #Apasih

Ya, saat itu bulan ramadhan yang penuh dengan berkah. Dan saya sangat menanti kabar gembira dan titipan amanah dari Allah SWT. Saya menikah 6 Maret 2016, setelah itu saya nggak kepengin datang bulan. Hehe. Tapi bulan itu datang juga, jadi saya mencoba berbagai cara termasuk mengetahui kapan sih masa subur saya. Salah satunya download aplikasi Hawa di playstore dan isi yang diminta misal siklusnya berapa hari dalam sebulan (saya lupa-lupa inget), kapan terakhir haid di hari pertama, nah... nanti di sana ada ovulasi, atur waktu deh buat tempur. Hehe.

Alhamdulillah usaha tersebut membuahkan hasil. Siklus datang bulan saya selalu lancar, paling maju satu atau dua hari tapi nggak pernah telat. Nah di bulan Juni tanggal 15 saya cemas—kali ini cemas bahagia—karena sudah dua hari telat haid. Saya coba test pack menggunakan sensitif dan hasilnyaaaa… aaahhh dua garis yang memiliki arti 'positif hamil'. Tapi garis kedua agak samar. Untuk memastikan keesokan harinya saya cek lagi menggunakan merk berbeda dan lebih murah yaitu akurat. Hasilnya masih dua garis, makin seneng deh. Tapi suami bilang suruh periksa ke dokter lagi biar lebih yakin. Oke Boss :*

Pemeriksaan Pertama
Tanggal 16 Juni hari kamis, saya penasaran lalu mencoba mengunjungi dokter kandungan terdekat di RSIA Duren Tiga dengan Dr. Fahrudin, S.POg. Hari itu saya langsung di USG 2D, pengalaman pertama yang membuat deg-degan! Dokter Fahrudin bilang, kantung kehamilannya belum terlihat jadi belum dipastikan hamil. Saya pun jadi sedih dan kehilangan semangat. Hiks. Kemudian saya diberikan satu obat penyubur kandungan. Kira-kira biaya keseluruhannya Rp. 250.000. Mahal ya? Hehe.

Mual dan pusing juga cepat lelah menghiasi hari-hari saya, keesokan harinya untuk memuaskan rasa penasaran, saya datang ke Siti Chodijah, karena mendapat rekomendasi dari guru juga orang tua murid yang domisilinya memang di sekitar sekolah tempat saya mengajar.

Di sana saya diperiksa bidan, jadwal dokternya sedang libur. Sang bidan memeriksa perut saya, beliau bilang memang ada benjolan di perut saya, insya Allah hamil. Huft... kata-katanya memantik bahagia di hati. Hehe. Lalu saya konsultasi mengenai makanan apa saja yang nggak boleh saya konsumsi, di antaranya mie instan dan air es. Hehehe… maaf Ibu Bidan, pantangan itu nggak sanggup saya laksanakan. Saya mengonsumsi sesekali, lagi pula saya membaca sebuat artikel yang ditulis seorang dokter kandungan isinya mengatakan yang mengakibatkan ukuran bayi besar di kandungan bukanlah air es melainkan gula. Jadi, saya mengurangi asupan manis-manis, minum es ya jarang-jarang dah. Hehe. Setelah konsultasi, saya disuruh cek urin dan protein—disuntik, usia 25 tahun saat itu agak nyer-nyeran juga kalau mau disuntik. Di sini saya menghabiskan Rp. 240.000, masih mahal juga. Hihi. Dari bidan saya membawa pulang penguat dan folavit. Tapi sayang, sejak mengonsumsi penguat justru saya flek lima kali berturut-turut, mungkin saya kurang cocok.

Dua minggu kemudian, saya kembali ke RSIA Duren Tiga, takut karena fleknya nggak hilang-hilang, kunjungan kedua diberikan obat penguat yang harganya Rp. 19.000/butir. Total yang saya habiskan (+USG, konsul, obat dan vitamin) Rp. 800.000 lebih. Alhamdulillah, keadaan saya membaik, flek berhenti. Sejak itu, hingga usia kandungan 5 bulan saya merasa cocok dengan Dr. Fachrudin. Setiap kunjungan selalu USG 2D tanpa print sudah termasuk konsultasi, memang membutuhkan kocek Rp. 220.000 (minimal) namun hasilnya memuaskan. 

Nah… setiap bulan saya berkunjung di hari kamis, USGnya 2D dan tanpa print. Suatu ketika, hari kamis suami saya berhalangan menemani—beliau selalu setia mendampingi saya saat pemeriksaan kandungan. Akhirnya kami memutuskan untuk datang pada hari sabtu.

Pemeriksaan UK 20 Weeks
Kondisi rumah sakit agak lengang, dan ruangan Dr. Fachruddin nggak seperti biasa. Papan namanya berpindah ke dinding di ruangan sebelah kanan di samping ruang mengukur berat badan dan tensi. Muncullah pertanyaan di benak saya, apa ya bedanya? Kemudian saya melihat seorang Bapak memegang hasil print USG. Saya agak panik. Takut biaya pemeriksaannya mahal. Hihi. 

Ya, kekhawatiran saya terbukti. Saat masuk ke dalam, alat USG yang digunakan memang berbeda dan kelihatan lebih canggih. Saat perut saya diperiksa, hasil USG yang terpampang di layar televise memang memperlihatkan gambar yang lebih jelas. Dan saya bahagia bukan main melihat bentuk yang lebih jelas dari janin saya diusia 20 minggu. Pancaran gembira pun tersirat di wajah suami saya, kami saling bertatapan dan tersenyum.

Penasaran dengan jenis kelamin, Dokter Fach pun mengatakan masih belum juga terlihat. Saya dan suami disuruh sabar. Ya, tidak masalah bagi kami anak perempuan atau laki-laki yang penting sehat dan kuat. Biaya USG 2D, vitamin dan kalsium kena Rp. 450.000-an. Huhuhu... bener kan beda alatnya jadi lebih mahal. 

Bulan keenam, saya mulai memikirkan biaya persalinan. Saya dan suami nggak ingin merepotkan banyak orang, gaji kami digunakan untuk banyak sekali keperluan ini dan itu. Berharapnya sih persalinan normal, tapi ada kekhawatiran saya akan melahirkan ceasar sebab minus mata saya tinggi. Dari artikel seorang dokter kandungan sih mengatakan minus mata nggak berpengaruh asal keadaan retinanya masih bagus dan kuat diajak ngeden. Makanya nanti harus periksa mata juga. Tapi kami nyari jalan aman. Akhirnya untuk mencari solusinya, kami dan atas saran kedua pasang orang tua kami memutuskan untuk pindah saja ke bidan di mana BPJS masih berlaku.

Atas ridho orang tua—hehehe—saya pun pindah ke Puskesmas Kecamatan Pancoran, 24 jam dan dekat dari rumah. Usia kandungan saya memasuki 25 weeks. Di sana saya mengantre cukup panjang dan mendapat bidan yang agak jutek. Huhuhu. Bidannya masih muda—tampaknya belum menikah—dan saya diomelin karena nggak bawa buku pink. Katanya, buku pink ini wajib dibawa setiap pemeriksaan kehamilan dan berlaku hingga anak saya dilahirkan dan masuk masa kanak-kanak. Wah… berarti saya selama ini salah dong? sering periksa di RSIA Duren Tiga tapi nggak bawa buku. Hiks. Ya saya memang sudah mendapatkan buku tersebut dari bidan Siti Chodijah tapi di RSIA Duren Tiga nggak ditanyakan, jadi saya santai-santai aja. Ya sudahlah, pasrah. Yang penting next harus dibawa.

Pemeriksaan UK 25 Weeks
Di Puskesmas Kecamatan Pancoran saya kembali dicek urin dan protein—huhu… suntik lagi, ngilu lagi. Sebelumnya asisten bidan mengecek detak jantung bayi saya. Itu kali pertama saya mendengar detak jantungnya! Ya Allah terharu banget rasanya. Meskipun tubuh saya menghitam karena pigmen, saya tidak peduli asal anak saya sehat :’). Nah, biaya yang dikeluarkan hanya Rp. 30.000 karena vitamin saya masih ada. Tapi sayang, saya nggak di USG. Saya kan rindu dan ingin tahu jenis kelaminnya. Hehe.

Pemeriksaan di Puskesmas ini hari Rabu tanggal 2 November pagi. Sebelum datang ke Puskesmas, saya sudah booking nomor antrean (soalnya saat itu masih galau) di Klinik Fakhira yang saya dengar USG 4Dnya murah, Rp. 175.000 sudah termasuk konsultasi dengan dokter. Saya menelpon sudah seminggu yang lalu, inginnya hari kamis karena jam prakteknya sore, tapi sudah full dan kebagian rabu 19.00-21.00. Itu pun saya dapat nomor antrean 27 jadi saya hadir agak telat dan nyasar pula. Saya pikir saya menghubungi nomor Klinik Fakhira yang di Tebet, nggak tahunya di Minangkabau. Untung dekat. Hehe. Langsung deh cuusss ke sana. Alhamdulillah punya laki sabar. Hehe. Love you Abang. :p

Dan tiba di sana sang dokter belum hadir, hiiiks. Padahal saya tiba di lokasi pukul 19.30. Selesai jam berapa ini? Pikir saya. Dan sayangnya panggilan antrean nggak pakai speaker dan kursi ruang tunggunya full. Kesadaran yang mengantar seperti suami atau keluarga kurang banget. Mereka nggak mempersilakan ibu hamil duduk. Jadi banyak juga yang berdiri.

Eh tapi saya puas sekali dengan dokter, fasilitas, suster dan adminnya. Ramah semua.
Saya memasuki ruangan, Dr. Gunawan langsung menyalami saya dan suami. Ini adalah inistiatif beliau. Dengan ramah dokter meminta saya berbaring lalu di USG. Saya malu deh, perut saya banyak garis hitam, beliau bilang nggak apa-apa… Ini pigmen bukan daki nanti juga hilang. Hihi. Amaaaan.

Saya di USG 2D, langsung protes maunya 4D. Eh susternya bilang, “iya, Bu. 2D dulu.” Proses 2Dnya juga nggak cepet-cepet kayak di RSIA Duren Tiga, hehehe. Detil banget semua bagian perut diperiksa. Dari mulai kepala si Dede, wajah, perut sampai akhirnya jenis kelamin… Yeeeeeeey! Dokter bilang kemungkinan laki-laki. Hehehe

Kemudian beralih ke 4D, Masya Allah jemari mungilnya kelihatan, wajahnya lumayan jelas tembem seperti ayahnya. Hehehe. Tapi yang diprint, kata dokternya belum jelas ketebelan perut. Wkwkwkwk. Di kasir saya ditanya vitamin, tapi vitaminnya harus 30 hari nggak boleh dibeli sebagian. Saya setuju deh tuh. Ehhh… Totalnya Rp. 412.000. Maknyooooos, sambil ngenes saya keluarin duit tapi mulut saya berkata lain, "emang apa aja, Mbak biayanya?" tanya saya. Adminnya jawab, "USG 2D 95 ribu, pendaftaran 12 ribu dan 298 ribu vitaminnya."
Oh... Vitaminnya yang mahal, jadi tadi sudah periksa 4D tapi yang dibayar cuma 2D? Baik banget ya. Hehe. Cuma masih aja kemahalan vitaminnya. Huhu... “boleh dicancel nggak, Mbak vitaminnya?” ALHAMDULILLAH boleh, jadi hari itu cuma Rp. 120.000, termasuk biaya pendaftaran dan tindakan (konsultasi + 2D). Mantap kan? Padahal saya sempat lihat 4Dnya. Hehehe. Insya Allah balik lagi nanti USG 4D.

Oke deh, panjang juga yaaaaa ceritanya. Hehe. Intinya setiap tempat pemeriksaan punya kekurangan dan kelebihan masing-masing tergantung dengan kecocokan dan kenyamanan pasien. Kenyamanan di sini nggak cuma kepuasan tapi keuangan. Hehe. Fix saya akan stay di puskesmas kecamatan pancoran. Semoga lancar, dipermudah dan sukses ya. Mohon doanyaaaaa. J

Nanti dilanjut sesi beli perlengkapan dede yaaa… Hehe. See yaaa!